"Jangan nangis di depan gue, gue malah nggak suka. Jangan diulang lagi ya." Nadanya melembut juga pandangannya yang melembut menatap Alkena yang menunduk dengan mati-matian menahan air mata yang hampir lolos itu. Tapi, gadis itu tampak bisa bernapas lega, ketika Alan suaranya kembali melembut. Tapi bagaimana bisa sifatnya berubah-ubah, begitu? Alan menyadari, gadisnya itu masih takut padanya. Dirinya ber-inisiatif untuk menghibur Alkena agar ketakutan didalam gadis itu dapat menghilang. "Kamu pendek banget, ya?" tanya Alan. Oke! Ini adalah pertanyaan konyol yang ditanyakan oleh Alan. Gadisnya masih menunduk. "Liat, lo aja nggak sampek sebahu gue. Padahal, Bunda lo tinggi lho, Ayah lo juga tinggi. Kok lo pendek, ya?" ucap Alan menghibur. Tapi, Alkena masih dengan keras kepalanya telah mengabaikan Alan. Gadis itu masih menunduk dengan menahan tawanya, agar tidak pecah di hadapan Alan. "Tapi gue suka lo, banget malahan. Sini peluk gue," goda Alan. Pecah sudah tawa Alkena. Yang membuat Alan tersenyum melihat tawa Alkena.