
Pada sisi paling rapuh, hatinya semakin terluka. Entah sudah berapa lama ia bergelut dengan perasaan. Sungguh, hal ini bukan main main untuknya. Perasaan itu bagaikan cambuk, yang terus menghantam hati dan jiwanya. Antara memilih tetap pada keyakinan atau bertukar. Ia lebih memilih tidak berTuhan agar bebas dari berbagai aturan. Pikirannya berkecamuk. "Kenapa harus banyak keyakinan di dunia ini? Kenapa tidak hanya satu? "All Rights Reserved
1 part