"Cinta bukan cuma tentang hati yang berdebar-debar saat dia tersenyum. Cinta juga bukan tentang awal yang bahagia dan akhir yang bikin nyesek. Tapi cinta itu tentang pengalaman." Dea menjeda. Kapasitas biskuit di mulutnya sudah melebihi batas sampai dia kesusahan untuk mengunyah. Setelah bersusah-payah menelan roti kering itu, Dea melanjutkan. "Jadi nggak usah galau-galauan gaje. Cinta akan berlaabuh di tempat yang tepat. Itu berarti bukan lo, karena cinta pergi dari lo." Neiva melempar cewek di depannya yang parahnya adalah sahabatnya sejak kecil dengan bantal. "Pikirin aja nasib lo sama Yoga! Sok nasehatin lagi. Kemarin aja nangis guling-guling kayak bocah kurang asupan." "Sa ae napa, bececeran kan biskuit gue," gerutu Dea sambil memunguti biskuitnya yang tercecer di karpet. "Namanya juga CBDE." "Apaan tu?" "Cinta Bersemi Dari Emotikon. Yoga kan salah ngirim emot pas itu." Neiva rasanya makin sebal saja. Ia lalu memiting Dea dari belakang dengan jurus bela diri asal-asalan. "Dasar! Spoiler! Gue kan udah bilang, jangan kasih tau itu, biar pembaca cari tau sendiri!"
3 parts