Termasuk daku, putus cinta membuatku seperti pujangga dengan segudang suka duka. Seakan buta arah dalam mata terbuka. Hanya untuk satu rasa yang terbawa asa, lalu kesunyian datang mendekap. Aku terpaku oleh waktu yang terbentang, dibayangi oleh bayang masa silam. Terus menyiksa jiwa hingga redam dan lupa rasa sebuah bahagia. Yang perlahan mulai menyamak seisi kepala dimana akal liar melahirkan sebuah karya yang menghidupkan cerita lama. sebab dalam goresan pena kau hidup namun dengan hati yang mati. Karena untukmu, ini adalah langkah tepat bagiku menuang segala gundah gulana dari sejuta sesal didada.