Sepotong Senjaku Bersama Rindu

Di atas pasir putih yang halus, menikmati suara deburan ombak yang tenang, di bawah langit senja yang begitu indah. Mega merah di batas cakrawala. Faza tersenyum. Inilah keindahan itu.

Ia lantunkan ayat demi ayat suci yang membuatnya nyaman.
Linangan air mata tak henti mengalir ketika mata yang melihat, hati yang tersentuh saat lidah melafadzkan firman-Nya.

Rindu datang bersamaan dengan semilir angin sore.
"Kubalut hati dengan harapan kasih darimu nan jauh di mata.
Kala rindu mengetuk naluri, hanya do'a yang ku ukir terselip namamu.
Aku menanti dirimu duhai sang penggenap imanku di ujung waktu.
Menantikan kau hadir dengan seutas senyum indahmu menyapa rinduku yang tak padam."

"Astaghfirullahal'adzim..apa yang barusan ku pikirkan?
Aku merindukan seseorang yang sama sekali tak berhak untukku rindukan. Seseorang yang tidak halal bersamaku."

"dengarlah senjaku, sampai kapanpun perbedaan ini tak dapat disatukan, tasbih dan salib, gereja dan masjid tak dapat disatukan hanya bisa berdampingan. Begitupun aku dan arka. Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak menyembah apa yang aku sembah. Kita berbeda."