SMA Abata. Salah satu sekolah swasta terkemuka di Borneo. Sekolah bergengsi ini hanya menerima siswa dalam dua kategori; kaya atau cerdas. Cerdas yang ku-maksud di sini bukan cerdas ecek-ecek. Dewan sekolah akan meneliti nilai raport sejak TK. Aku hampir saja dinyatakan 'gagal' sebab pernah memiliki nilai 7 di semester awal kelas dua SD. Untung saja, aku memiliki bibi yang menjadi salah satu dewan utama. Kendati begitu, masih ada persyaratan yang mesti kuterima. Jika sekali saja nilaiku ada yang 7, suka tidak suka, aku harus terima dikeluarkan dari sekolah. Jika tidak begitu, cara lain agar masuk di SMA ini melalui jalur kaya. Wajib membayar SPP lima kali lipat dari bayaran umum. Sekitar enam kali lebih banyak dari gaji ayah sebagai PNS. Glek! Ambisi menjadi yang terbaik, luntur begitu saja saat aku mengenal Ari. Nama lengkapnya Arika Maharani. Sesuai nama, sikapnya seperti anak lelaki. Urakan. Aku menyebutnya wanita jadi-jadian. Berulangkali membuat onar, tapi dewan sekolah tak kunjung mengeluarkan. Kenapa? Jangan tanya aku! Emosiku mendadak liar ketika mendengar namanya. "Malik? Oh, manusia receh yang bangga sekali karena menang olimpiade? Dia bukan pintar sih, hanya sedang beruntung saja. Andai aku berselera ikut serta, sudah pasti dia gagal sejak seleksi di sekolah," -Arika Maharani- "Sombong! Jika author menjadikan dia kekasihku di cerita ini, aku tak segan akan memukulnya. Camkan itu!" -Abidzar Malik- *NB : Membaca bagian awal membuatku muak. Aku tidak suka, tapi bagian itu memang penting untuk dicantumkan.