Baginya, aku ini hanyalah kertas. Kertas untuk melampiaskan semuanya. Senang, sedih, marah, bahkan kecewa. Sedangkan dia pulpen. Pulpen yang menuliskan kisahnya, tanpa memedulikan kertas yang ia tulis. Apakah kertas berhak protes? Tidak Kertas hanya bisa menunggu. Menunggu sang pulpen menyadari keberadaan dirinya. Menunggu sang pulpen menuliskannya. Membuatnya menjadi peran utama. Tapi, akankah itu terjadi? #7 kertas [13sept2023]