"Tapi cinta aja nggak cukup, Genara." Aku tidak menanggapi, bahkan bergerak pun tidak. Atau mungkin, jangan-jangan aku juga lupa bagaimana caranya bernafas, entahlah. Aku tidak tahu bagaimana ekspresiku sekarang, tapi Mas Hardy menatapku dengan sorot kesakitan sebelum akhirnya mengumpat keras. "Kamu harus ngerti, Gen. Ini nggak mudah. Aku juga sama sakitnya seperti kamu." Dia berkata dengan nada memohon yang begitu kental. Sayang, aku meragukan itu sekarang. Tapi kubiarkan saja Mas Hardy mengeluarkan segala omong kosongnya. "Tapi aku nggak bisa egois.." Dia sudah melakukannya. Aku menambahkan dalam hati. "Ada keluarga dan banyak orang yang bergantung pada keberlangsungan kerjasama keluarga kami, Gen. Kami nggak bisa mengabaikan mereka begitu saja." Kami. Dia bilang, Kami. Jadi, sekarang keduanya sudah membentuk satu kesatuan bernama 'Kami', begitu kan? "Aku minta maaf, Gen. Kamu tahu aku nggak akan mungkin ngelakuin ini kalau nggak terpaksa. Aku.." "Aku ngerti kok, Mas. Aku ngerti." Selaku, mengangguk-anggukkan kepalaku saat mengatakan hal ini. "Aku paham. Cinta aja nggak cukup. Bener, kan?" ✳✳✳