"Apa dibawah pelangi tidak ada apapun?"
Ashley menatap langit sunyi sore itu, menarik nafas dalam, memikirkan jawaban untuk pertanyaannya.
Tidak ada jawaban, laki-laki berambut pirang yang lembut dan lurus itu hanya diam menatap sekawanan burung yang terbang di ujung langit. Tangan hangatnya masih menggenggam erat tangan Ashley.
"Hey, apa cerita kita akan berakhir indah seperti pelangi?"
Kali ini Ashley mengalihkan pandangannya menatap laki-laki itu, menunggu jawaban.
"Apa kau pikir pelangi itu indah?"
Jawaban yang berupa pertanyaan itu membuat Ashley diam, berfikir. Dia tidak pernah berfikir tentang itu.
"Kau hanya menyebutnya indah karena orang lain mengatakan kalau pelangi itu indah. Tapi menurutku, bias cahaya warna warni itu tidak indah, hanya lengkunyan semu."
"Kenapa?"
Laki-laki itu menatap Ashley.
"Pelangi di katakan indah karena tidak setiap hari orang-orang melihatnya, dan aku selalu melihatnya dimatamu. Karena itu, menurutku pelangi tidak indah, yang indah adalah kau. Ashley, aku tidak tahu perasaan apa dalam hatiku ini, tapi... aku akan berusaha membuat cerita hidupmu berwarna seperti pelangi, agar kau menjadi Cinta yang indah."
Ashley tersenyum, bergerak memeluk laki-laki kekar itu. Dia memang baru tersadar apa indahnya dari pelangi, tapi Ashley akan percaya pada kata-kata itu. Dia yakin kalau ceritanya akan berwarna dan indah jika bersama dengannya, laki-laki yang dia pikir hanya seorang teman untuknya.
Walau tidak pernah terpikir sebelumnya tentang cerita bahwa mereka akan hidup bersama dalam sebuah ikatan yang lebih, tapi mereka percaya satu sama lain kalau Tuhan sudah menyembunyikan banyak cerita di bawah pelangi.
Entah pelangi indah atau tidak, cerita pertemanan itu berubah seiring datang dan perginya hujan, membias dengan sinar matahari menjadi pelangi.
"Resusitasi adalah prosedur medis darurat yang dilakukan untuk menyelamatkan nyawa seseorang saat pernapasan atau jantungnya berhenti. Lakukan dengan segera dengan Posisi tangan harus pas hingga proses kompresi jantung bisa maksimal. Tapi tentunya akan ada efek samping, salah satunya patah tulang."
Satu bait penjelasan medis yang malah membuat mata dr. Adis berkaca-kaca ingin menangis. Padahal penjelasannya tidak ada hubungannya sama sekali dengan kisah hidupnya. Namun ketika ia renungkan semakin dalam, analogi itu sangatlah cocok.
Bahwa ia bertemu dengan seorang pria yang sedang sekarat dalam urusan percintaan. Seorang pria yang pernah patah hati hingga mati rasa. Jantung bagian percintaannya berhenti berdetak. Lalu dengan polosnya, Adis mencoba memberikan pertolongan dengan cara menyentuh jantung hatinya. Memberi tekanan-tekanan cinta, berharap jantung hati pria itu akan kembali berdetak normal hingga bisa kembali merasakan jatuh cinta.
Namun sayangnya Adis tidak memperhitungkan lebih jauh lagi bahwa berhasil atau tidak berhasilnya resusitasi yang ia berikan pada pria itu, tetap akan menimbulkan efek patah hati.