Di Cafe yang biasa Dimas dan Alvira datangi dan berada di tempat duduk favorit mereka sekarang ini. Namun ada yang sedikit berbeda. Bukan Dimas yang duduk di hadapan Alvira sekarang. Melainkan sahabat dari Dimas yang sangat pendiam itu, Aero, yang Alvira sudah kenal semenjak ia berpacaran dengan Dimas. "Ayo kita pacaran." ucap Aero tanpa bertele-tele. Alvira yang mendengarnya langsung menolehkan kepalanya dan menatap mata Aero dalam-dalam. "Gue. Gak. Mau." jawab Alvira dengan nada yang sedikit ditekan. Walaupun Aero tidak mau hal itu terjadi, tapi mau tidak mau Alvira harus menerima itu. Itu adalah sebuah amanah dari Dimas yang sengaja tidak dikasih tau ke Alvira. Benar, Dimas memang memilih untuk putus dari Alvira dengan alasan yang tidak Avira ketahui secara pasti mengapa. "Mulai sekarang pokoknya kita pacaran. Lo milik gue. Gue milik lo." ucap Aero yang masih teguh pendirian bahwa ia harus menjadi pacarnya Alvira. "Percuma lo bilang itu berkali-kali ke gue kalo ternyata hati lo ga ada buat gue, Ro. Gue juga masih setia nunggu Dimas, kok. Maaf!" Alvira berseru lalu beranjak dan meninggalkan Aero sendirian. Padahal mereka baru saja datang dan belum memesan apa-apa. Banyak pasang mata yang menatap mereka heran. Namun Aero tetap pada pendiriannya, tidak peduli. Aero menggertakan giginya, ia memanggil pelayan dan memesan kopi hitam untuk dinikmatinya di perjalanan menuju rumah nanti.