[Coming soon] Adryan Savero tak pernah mengira bahwa hidupnya bisa terjun ke titik terbawah. Ayahnya meninggal setelah dituduh terjerat dalam kasus hukum. Tekanan dan penindasan berdatangan dari kawan sebayanya, menimbulkan beban tersendiri bagi sosok laki-laki yang masih duduk di bangku SMA itu. Ia dan ibunya memutuskan untuk pindah. Menjauh dari kota metropolitan Jakarta dan menetap di desa kecil tempat di mana sang ayah lahir dan tumbuh besar. Di sana, Ryan bertemu dengan Sarah. Gadis pendiam sedingin es yang cueknya bisa disandingkan dengan Monumen Jayandaru di Alun-Alun Sidoarjo. Sama-sama bergeming saat diajak berinteraksi. Bukannya merasa disisihkan, Ryan justru makin penasaran. Tidak dalam konteks 'romantis', melainkan murni ingin tahu alasan kenapa Sarah sama sekali enggan memiliki teman. Gadis itu bahkan terlihat anti berdekatan dengan manusia di luar lingkaran keluarganya. Hei, dia sudah yatim piatu dan hanya tinggal berdua dengan neneknya. Tidak kah lingkup pergaulannya sempit? Di tengah penggalian informasi, Valen datang dan menjadi kawan baru Ryan. Tidak banyak yang laki-laki blasteran itu lakukan. Hanya diam dan mendampingi Ryan kemanapun bocah metropolitan itu pergi. Jadi lebih mirip... mengawasi? Entahlah. Yang jelas, orang itu selalu mewanti-wanti Ryan untuk tidak terlalu dekat dengan Sarah. Sampai akhirnya, satu persatu mulai terkuak. Siapa sangka, semua kasus yang mereka simpan masing-masing ternyata berkaitan satu sama lain? Alasan dibalik tekad Ryan untuk mendekati Sarah. Penyebab 'trauma' Sarah akan sebuah 'pertemanan'. Juga, sosok Valen yang berkaitan dengan kematian orangtua dari perempuan dengan helaian rambut perak itu. "Aku mengatakan ini karena aku pernah mengalaminya." -Ryan. "Aku tidak mau terlibat dengan orang lain. Aku tidak mau melakukan kesalahan yang sama." -Sarah. "Setelah mengetahui siapa aku yang sebenarnya, apa aku masih bisa dipercaya?" -Valen. Created: 13 Oktober 2018 ©RosyidinaAfifah, 2018