Tiba-tiba Angga mengeluarkan sesuatu dari belakang. Sepertinya dari saku celananya. Membuatku was-was dan mundur selangkah. "Ini." Angga menyerahkan.. pisau lipat? "Buat apa?" Aku sudah mengambil ancang-ancang kabur, kalau-kalau Angga menjawab akan menggunakannya untuk membunuhku. Bukannya menjawab, Angga justru kian mendekatkan pisau lipat itu padaku. *** Aku pikir malam itu adalah kali pertama dan terakhir aku melihatnya, 'dewa penyelamat'-ku, Angga. Tapi, ternyata dugaanku salah. Aku justru melihatnya dimana-mana. Maksudku, aku terus bertemu Angga. Dua hari setelah malam itu, aku bertemu Angga di tempat lesku. Kurang lebih seminggu kemudian, tiba-tiba dia sudah menjadi teman sebangkuku. Apa hanya aku yang berpikir kalau ini bukanlah kebetulan? Aku merasa.. sedikit ketakutan. (Belum revisi)