Temui Atria. Laki-laki 26 tahun itu biasanya akan ada di pojok kanan ruang lantai satu Kedai Kopi Barreta tiap pukul setengah lima sore.
Enam bulan ini ia tak pernah absen pergi ke Kedai Kopi Barreta, padahal bulan-bulan sebelumnya ia tak serajin enam bulan ini. Kalau diperhatikan, raut wajahnya berbeda. Sebulan ini laki-laki itu tampak murung, entah apa biang masalahnya.
Lalu temui perempuan cantik di bangku yang berhadapan dengan laki-laki barusan, ia sedang asik bercengkrama di telepon genggamnya, namanya Dasha, 24 tahun.
Enam bulan ini ia tak seberapa rajin datang ke kedai ini dibanding bulan-bulan lalu, entah mungkin karena kesibukannya... di kantor atau... urusan pernikahannya? Kebetulan saja hari ini ia datang dan terlihat duduk bersama laki-laki itu lagi setelah sekian lama mereka tidak terlihat bersama.
Temui juga perempuan di balik salah satu bilik pojok ruangan di Kedai Kopi Barreta, biasanya ia sedang mengkalkulasi pengeluaran biaya, mengatur stok barang di kedai, dan mengendalikan kualitas kedai agar semakin baik.
Perempuan berkacamata berusia 25 tahun itu Areta, pemilik Kedai Kopi Barreta yang secara tidak sengaja mendengar kisah-kisah tersirat antara Atria dan Dasha di balik biliknya melalui percakapan-percakapan intens antara keduanya di meja pojok ruang kedai tersebut.
Areta tahu tentang segala perasaan resah Atria, sakit hatinya, serta bayang-bayang pilu yang menderanya. Karena Areta juga sama, sama-sama terluka karena seseorang yang sudah terlanjur mengisi relung hatinya.
***
Tarisha,
April 2019