Tidak berapa lama kemudian, Aku mendengar suaranya lagi. Kali ini lebih dekat di belakangku.
"Hey, Kamu yang memakai napkin(serbet) di kepala!"
Aku menoleh.
"Maaf, kamu memanggilku?"
"Terus siapa lagi kalau bukan kamu?" Suaranya kasar. Wajahnya apalagi, tidak ada kelembutan sedikitpun.
"Maksudku ... tadi kalau ngga salah dengar, Kamu memanggil Si Filipin, kan? Well, itu bukan namaku. Kalau yang kamu maksud itu sebuah negara asal, Aku bukan berasal dari Filipina."
"Shut up!"
Dia mengayun-ayunkan tas hitamku. Oh, aku tadi terlalu sibuk dengan gawai hingga melupakan tas itu.
"Your bomber bag!(tas bom mu)" katanya sambil tersenyum sinis.
Aku mengulurkan tangan untuk mengambil tas itu. Bukannya menyerahkannya, dia malah memutar-mutar tas itu di atas kepala.
"Bukankah barusan kamu bilang kalau tas itu berisi bom? Kurasa apa yang tanganmu lakukan itu, tidak bisa disebut ... pintar," kataku sambil menatap mata cokelatnya.
Jangan tanya kenapa aku seberani itu. Aku sendiri juga tidak tahu.
Bagi Kapten Joko Prabaswara DwiArmaya, Dita tidak lebih dari seorang wanita yang pergaulannya rusak dan sering membuat masalah.
Si seksi bodoh, itu julukan bagi Dita.
Mereka sudah saling mengenal sejak sekolah menengah atas. Dan menurut Joko, Si Seksi Bodoh itu tidak pernah berubah, malah semakin bodoh setiap harinya.
Walaupun kerap bertengkar dan mengatai-ngatai wanita itu, tapi Joko seperti tidak bisa menjauh dari seorang Dita. Pria itu selalu menjadi orang pertama yang selalu ada untuk membantu Dita.
Hubungan mereka aneh dan sangat tidak jelas. Namun entah kenapa mereka seperti saling terikat satu sama lain.
Joko tidak bisa menjanjikan hubungan yang lebih dari sekedar pertemanan dan bersenang-senang. Sementara berbeda dengan Dita yang menginginkan lebih dari Joko.