Tidak berapa lama kemudian, Aku mendengar suaranya lagi. Kali ini lebih dekat di belakangku.
"Hey, Kamu yang memakai napkin(serbet) di kepala!"
Aku menoleh.
"Maaf, kamu memanggilku?"
"Terus siapa lagi kalau bukan kamu?" Suaranya kasar. Wajahnya apalagi, tidak ada kelembutan sedikitpun.
"Maksudku ... tadi kalau ngga salah dengar, Kamu memanggil Si Filipin, kan? Well, itu bukan namaku. Kalau yang kamu maksud itu sebuah negara asal, Aku bukan berasal dari Filipina."
"Shut up!"
Dia mengayun-ayunkan tas hitamku. Oh, aku tadi terlalu sibuk dengan gawai hingga melupakan tas itu.
"Your bomber bag!(tas bom mu)" katanya sambil tersenyum sinis.
Aku mengulurkan tangan untuk mengambil tas itu. Bukannya menyerahkannya, dia malah memutar-mutar tas itu di atas kepala.
"Bukankah barusan kamu bilang kalau tas itu berisi bom? Kurasa apa yang tanganmu lakukan itu, tidak bisa disebut ... pintar," kataku sambil menatap mata cokelatnya.
Jangan tanya kenapa aku seberani itu. Aku sendiri juga tidak tahu.
Jika di dunia ini Cinta adalah sebuah indikator kebahagiaan seseorang , tidak demikian dengan Giana. Giana Putri Pratiwi memilih untuk tetap lajang di usia nya yang sudah beranjak 28 tahun.Cantik,Sexy,Pintar adalah 3 kata yang dapat menggambarkan sosok Giana. Philophobia, membuat giana susah berkomunikasi dengan pria manapun, sampai seseorang yang menurut giana "tidak waras" merubah jalan hidupnya.