"Kumau kamu lepas jilbab itu selama terikat kontrak kerja denganku! Bagaimana?" ujarnya saat aku baru memasuki rumahnya.
Sebenarnya hati ini mau menolak, tapi bayangan wajah kakak di balik jeruji, membuatku mengangguk pelan.
"Satu lagi, kamu tidak boleh keluar dari kamar. Selain atas perintahku. Oh ya, jangan sembarangan membuka mulut!" tambahnya lagi.
Aku melirik wajah dingin itu. Menakutkan. Kalau mau membatalkannya pun, sudah terlambat. Ku hanya bisa pasrah. What doesn't kill you, makes you stronger.
Lalu dia memanggil salah satu pembantu, memintanya untuk mengantarkanku ke kamar.
Pembantu itu membawaku ke sebuah kamar di ujung ruangan, mempersilahkan masuk lalu menutup pintu dan menguncinya dari luar.
Aku duduk di tepi ranjang, membayangkan masa lalu dan masa depan.
Hidup adalah serangkaian misteri Illahi.
Sebaris kalimat ini, sudah cukup untuk mewakili sekelumit kehidupanku.