The Choice [Completed]
  • Reads 145,452
  • Votes 5,645
  • Parts 46
  • Reads 145,452
  • Votes 5,645
  • Parts 46
Complete, First published Oct 31, 2018
Selalu ada balasan di setiap luka yang kau buat. Sadar ataupun tidak, kita hanya mementingkan keinginan diri tanpa memikirkan rasa orang lain. Atau mungkin saja kita mengorbankan suatu untuk hal yang mungkin tak ditakdirkan Tuhan supaya kita miliki.

Manusia memang seperti itu, mengabaikan yang dekat untuk merengkuh yang tak terlihat. Melepas yang dimiliki demi hal yang tak mungkin terjadi.

Adalah Aksa Rafardhan, dengan acuhnya melepas gadis yang sangat mencintainya. Mengabaikan harap yang hadir di sela-sela tiang kebahagiaan yang sedang terajut.

"Semoga kamu bahagia."


arf -
All Rights Reserved
Sign up to add The Choice [Completed] to your library and receive updates
or
#332018
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Tingkat Tiga cover
Become a Great Mom [Completed] cover
BAD LUCK [ for Luina ] || OPEN PO🚩 cover
Bride Of The Century [END] cover
Mr. Stewart and His bodyguard  cover
SELINGKUH " I DON'T CARE "... ( TAMAT ) cover
Laqueta [selesai] cover
How to Be Yours ✅(completed) cover
Ikatan Suci [END] cover
Peace, Fight, Repeat [END] cover

Tingkat Tiga

48 parts Complete

"Kenapa ya mbak ada orang yang cakep banget gini di dunia?" jawabnya sembari menunjuk ke arahku. Mataku membulat. Bukan karena dia mengataiku sebagai perempuan yang cukup cantik, namun karena perubahan panggilan yang dia berikan padaku. "Mbak?" tanyaku memastikan. Alih-alih menggeleng atau mengelak, Rafka justru langsung mengangguk. "Iya. Mbak Caca." "Ngapain ikut panggil gue mbak?" "Biar lebih deket aja. Lo kan dipanggil mbak sama Keenan." "Ya dia kan adik gue." Balasku sengit. "Ya gue mau ikutan, Mbak. Kedengaran lebih gemes." Aku memutar bola mata jengah. "Gemes-gemes apaan. Lo mau jadi adik gue juga?" "Kalo jadi pasangan lo aja gimana?" "Kalo gitu jangan panggil mbak." Rafka menegakkan tubuhnya. "Lo serius?" "Soal apa?" "Lo mau jadi pacar gue." "Siapa yang bilang?" tanyaku berpura-pura bingung. "Tadi kak. Lo bilang gue jangan panggil lo 'mbak' kalo nggak mau dianggap jadi adik." "Artinya lo mau kan jadi pacar gue?" lanjutnya menuntut jawaban.