Di umur 17 tahun zahira harus menyelami kehidupan bahtera rumah tangga. Ia mengaku salah karena keinginannya yang membuat dirinya sendiri terjerat dalam rengkuhan dosa. Mula saja bahagia dengan dirinya yang cacat, dan berakhir pada keputusan tersesat. Kini paksaan kehidupan mengajarkannya bahwa lakukan sekarang bukan lusa. Demi sang masa ia harus melakukannya dan merelakannya. Kini bahagia didepan mata, tetapi sekejap hanya tipuan mata yang menuntut kerinduan. Mata sang buah hatinya sangat mirip dengan seseorang, bagaimana ia bisa melupakannya?