"Apa?! Nikah?" Ayah sempat terpekik mendengar penuturan istrinya. "Memangnya kenapa, Bang? Wajarkan? Anak kita sudah dewasa, tunggu apa lagi?" tanya Mira retoris. "Iya. Tapi tidak semudah itu, Mira. Ifa kan masih kuliah, tunggulah beberapa tahun lagi." Ayah mendelik sewot. "Tapi mereka maunya sekarang, Bang. Seminggu lagi, anak muda itu mau datang ke sini, untuk melamar Ifa." "Alamakjang! Kenapa buru-buru kali!" Ayah menepuk keningnya, menggeleng-gelengkan kepala. Dia tidak habis pikir, ternyata putrinya sudah berani menerima lamaran seorang pemuda tanpa sepengetahuannya.All Rights Reserved
"Apa?! Nikah?" Ayah sempat terpekik mendengar penuturan istrinya. "Memangnya kenapa, Bang? Wajarkan? Anak kita sudah dewasa, tunggu apa lagi?" tanya Mira retoris. "Iya. Tapi tidak semudah itu, Mira. Ifa kan masih kuliah, tunggulah beberapa tahun lagi." Ayah mendelik sewot. "Tapi mereka maunya sekarang, Bang. Seminggu lagi, anak muda itu mau datang ke sini, untuk melamar Ifa." "Alamakjang! Kenapa buru-buru kali!" Ayah menepuk keningnya, menggeleng-gelengkan kepala. Dia tidak habis pikir, ternyata putrinya sudah berani menerima lamaran seorang pemuda tanpa sepengetahuannya.