"Mama... kalau mau tolong orang itu memang gak ada yang larang. Tapi dikira-kira dong, masa Qisya disuruh jadi pembantu sih. Mama tau sendiri Sya goreng telur pun gak bisa." - Qisya Iris Rela dalam paksa, Qisya mengikuti permintaan mamanya. Menjadi pembantu dirumah teman mamanya. Dua bulan, namun cukup untuk mengubah kehidupannya, ketika dia terpaksa menjadi istri sekaligus seorang ibu dalam usianya yang terbilang muda, 22 tahun. Marah, benci, tidak bisa menerima kenyataan. Cukup membayangkan perasaanya Qisya sehingga hampir saja Izz Haikal ditendang pada malam perkawinan mereka. Tapi, berbeda dengan penerima Izz Haikal, yang tenang dan menerima semuanya. "Kenapa cincinnya ada disini?" - Izz Haikal "Kenapa ada disini? Ya karena gak didalam kotak lah" - Qisya "Salah. Cincin ini ada disini karena sudah menemukan pemiliknya" - Izz Haikal Cincin terpasang dijari Qisya menandakan kemauan Qisya untuk terus hidup bersama Izz. Hari demi hari berlalu, cukup untuk Izz melunakkan hati Qisya. Menuruti kepala istrinya yang masih remaja itu. Baik, penyayang, penyabar, dan romantis. Pendek kata Izz sangat sempurna dimata Qisya. Kalau boleh dia menceritakan ke semua orang, rasanya ingin dibukukan saja, dengan judul "My Sweet Husband." Dan Qisya tahu satu rahasia besar! Rahasia yang membuat air matanya tidak berhenti untuk mengalir. Rahasia yang membuat Qisya mau mencium tangan Izz untuk meminta maaf. Membuat dia mau memeluk erat-erat sebagai tanda terima kasih. Sesungguhnya Izz tahu segalanya.