"Kamu tidak perlu menungguku lagi."
"Kenapa?"
"Aku melepasmu pergi."
"Sebenarnya bukan kamu melepasku pergi, tapi kamu yang akan pergi. Jauh di dalam hatiku aku ingin menahanmu, tapi aku takkan bisa menahan seseorang yang tak ingin lagi ku genggam, 'kan?"
***
Annanda Bella Adhyaksa
Sungguh, dia bukan gadis lemah, bukan juga gadis manja nan cengeng, dia bukan seorang gadis yang suka menuntut. Hanya saja dunia ini memang terlalu kejam dan cinta pun terlalu menyakitkan. Hingga pada saatnya ia hanya bisa pasrah ketika semuanya meninggalkan.
Wildan Dirgantara Syahputra
Dia sudah berusaha, tak hanya berusaha mendapatkan, tapi juga membantu gadisnya menghadapi kegundahan. Namun kesabaran selalu ada batasnya, dan ketika segala yang di dunia tak mendukung langkahnya, hanya perpisahan yang menjadi pilihan satu-satunya.
***
"Aku menyakitimu, dan kenyataan itu membuatku malu karena pernah berjanji untuk tidak menyakitimu."
-Wildan Dirgantara Syahputra
"Yang menyakitiku bukan kamu ..., tapi perjuangan kita untuk bersama yang ternyata sia-sia."
-Annanda Bella Adhyaksa
***
Ini bukan kisah cinta yang menyenangkan. Ada luka yang mendalam dan ada luka baru yang perlahan ditorehkan. Kisah ini semendung awan yang menanti hujan, namun yang tak ditahu, akankah ada pelangi yang menyambut di depan?
2019❤
Menikah karena dijodohkan dengan seorang yang dari segala sisi sempurna Arina mengira jika dirinya akan bahagia bersama dengan pilihan orangtuanya, tapi rupanya hidup tidak berjalan seperti yang Arina inginkan.
Sadewa Natareja, pria yang masuk ke dalam jajaran anggota dewan rakyat paling muda ini nyatanya tidak bisa menjadikan Arina sebagai seorang istri yang seutuhnya. Pengorbanan Arina menerimanya yang berstatus duda dan merawat anaknya yang berusia kurang dari satu tahun nyatanya tidak bisa membuat Dewa mencintai Arina seperti dirinya mencintai istri pertamanya, Husna.
Dimata Dewa, Arina tidak lebih dari seorang wanita yang dipilihkan ibunya untuk menjadi teman dibawah atap yang sama dan sosok yang menjadi ibu untuk putra kesayangannya sebaik apapun Arina berusaha menjadi istri yang baik untuknya.
Semua hal yang dilakukan Arina serasa tidak berarti sama sekali sampai akhirnya Arina lelah sendiri, meraih cinta suaminya nyatanya hal yang mustahil bagi Arina. Perlahan, Arina menjauh membangun benteng tinggi yang membuat Dewa tersadar betapa seharusnya dia bersyukur memiliki Arina dalam hidupnya.
Sayangnya, semuanya sudah terlambat.
"Mas Dewa, aku capek."