Aku sudah memulai dari film yang pernah kita kagumi bersama, shampo yang ku pakai lantas membuat tetangga terkagum-kagum, bahkan dengan drama yang ingin ku berikan untuk kamu lihat. Aku menontonnya bersama teman-temanku dilibur semester yang hanya berjarak 6 hari beberapa tahun silam. Kami begadang saat itu. Aku tak begitu memperhatikan filmnya, sih. Ku pikir akan lebih menyenangkan jika mampu berbagi bersamamu. Kamu sedang apa? Ah, mungkin kamu sudah tertidur. Atau bisa jadi belum. Boleh jadi kamu memikirkanku juga. Aku menangis saat itu. Video yang terlihat menyebalkan tiba-tiba terlihat menyedihkan dimataku. Kubenamkan wajah didalam bantal berwarna ungu keabuan yang kupeluk sejak awal. Sesekali mengusap air mata jatuh tanpa sadar, juga bergeser sedikit mundur dari kasur busa tempatku duduk. Aku tak ingin menjadi bahan ejekan kawan-kawan.Sebab mengingatmu tanpa mampu bertukar kabar,maka bukan lagi sekedar gusar. Percayalah! Itu sungguh membuatku terlihat memalukan dengan sedih tak berkesudahan. Dibalik dinding berwarna kuning, juga beberapa nama atas kamar yang ku tempati. Salah satu tempat yang ku sukai ketika ingin sendiri. Disana ada pula halaman dengan beberapa gorong-gorong belum terpasang. Sunset indah seringkali tersenyum disana. Aku ingat, kamu juga menyukai langit. Aku penggemar jingga yang semakin samar. -Aqilah Pratiwi