Ia ingin seperti Rabiah Al Adawiyyah, seorang sufi yang begitu kukuhnya cinta kepada Allah. Saking takwanya, hingga ia tak goyah sedikit pun dengan godaan nafsu pada saat Alquran sudah hilang tergerus zaman.
Itulah cinta yang hakiki. Cinta yang melebihi rasa cinta-cinta kepada makhluk-Nya, cinta yang melebihi rasa cinta kepada anak, istri, dan harta benda. Semua tak bisa mengalahkan rasa cinta kepada Pengendali dirinya, Pencipta dirinya. Seseorang yang benar-benar bertemu dengan hakikat cinta sejati, adalah mereka yang telah menemukan cinta kepada Rabb-nya.
***
"Ketika pertama kali membaca blurbnya, anganku langsung membayangkan akan hakikat cinta yang sesungguhnya kepada Sang Pencipta. Di dalam cerita ini, kita diajarkan untuk mencintai, mengikhlaskan, dan bersabar.
Zahra, Ali, dan Hayfa, ketiga tokoh yang ada dalam cerita ini membuatku iri dan ingin menjadi seperti mereka.
Selain menyajikan konflik dengan tema percintaan, di cerita ini juga diselipkan pula tentang ilmu-ilmu agama serta kisah-kisah muslim pada masa lampau.
Yakin gak mau baca, nih? Nanti nyesel loh!"
-@Noermaa, Penulis "Dia? Imamku"-
***
Jatuh cinta. Itu yang saya rasakan waktu pertama kali mengenal Ali lewat narasi-narasi indah yang disajikan. Lewat Ali, saya jadi sadar bahwa masih ada lelaki yang memegang teguh hakikat cinta sejati di zaman yang penuh maksiat ini.
Pengetahuan baru tentang ilmu agama juga saya dapatkan setelah membaca Muhasabah Cinta. Intinya, ini bukan sekadar kisah yang dituliskan, melainkan sebuah harta karun yang berisikan pelajaran-pelajaran berharga.
Buat kamu pembaca Muhasabah Cinta, waktumu nggak sia-sia buat baca kisah ini, kok!
- Maura kyud, jodoh Ali
©2018, Alifah FitryAll Rights Reserved