Sedetik Bosnya runtuh dari tangga kemasyuran yang mengagung-agungkan kekuatan, Al mendapati dirinya dipindah-tangankan layaknya barang. Bedanya Al mahir dalam seni mengasasinasi orang dengan senjatanya. Merasa memiliki hutang budi besar terhadap atasannya, Al menolak diperalat. Alih-alih dibunuh seperti yang otaknya katakan, Al diberikan kesempatan kedua. Dia akan menghadapi masa percobaan untuk posisi sakral. Posisi yang dianggap sangat penting dalam kelompok: sebagai tangan kanan dan orang terpercaya atasan barunya. Lelaki yang telah membunuh bosnya dengan peluru menembus tenggorokan menganggap reputasi yang sudah dipupuk Al terlalu epik untuk layu. copyright ©2018 by habib (republish dari second account)All Rights Reserved