Ibu Aruna,Jesabelle mengalami pelecehan seksual sewaktu masih SMA.Pelakunya adalah teman seangkatannya,Jason, yang merupakan anak donatur terbesar sekolahan tersebut.
Jesabelle sudah mengadukan peristiwa tersebut kepada pihak sekolah namun pihak sekolah seolah menutup rapat kasus tersebut.Erik,ayah Jason,meminta Jesabelle memaafkan anaknya dengan memberikan sejumlah uang ganti rugi namun ditolak.
Setelah tragedi tersebut Jesabelle depresi berat dan memilih keluar dari sekolah.Ayah dan Ibu Jesabelle yang tak bisa berbuat apa-apa memutuskan pindah ke luar kota.
Disana Jesabelle bertemu dengan seorang pria baik dan akhirnya mereka pun menikah.Pria tersebut menerima Jesabelle apa adanya.Dari pernikahan tersebut lahirlah Aruna.
16 tahun kemudian Jesabelle kembali bertemu dengan Jason dan ia kembali depresi.
Suami Jesabelle,Roy,menceritakan semua masalalu Jesabelle kepada Aruna.
Hal itu pulalah yang membangkitkan bagian tergelap dari Aruna,sifat tempramen yang menurun langsung dari sang kakek.Dengan dibantu oleh ayahnya,Aruna kembali ke tempat kelahiran sang ibu,ke rumah yang sama,ke sekolah yang sama,untuk BALAS DENDAM.
Warning❗
Cerita ini aku labeli dewasa soalnya banyak adegan kekerasan yang kurang cocok untuk dibaca anak-anak dibawah umur,bukannya karna ceritanya tentang ena-ena gitu ya.
Ketika seorang arsitek muda, tampan, mapan, dan dingin bernama Banyu Biru menyakini bahwa jodoh adalah cerminan diri, maka dia cukup percaya diri bahwa jodohnya kelak adalah seorang gadis pendiam yang santun dan tidak suka neko-neko.
Banyu Biru belum melakukan kodratnya sebagai makhluk bergender pria, yaitu memilih. Kepercayaan dirinya pada keyakinan tentang jodoh adalah cerminan diri, membuatnya belum menjatuhkan pilihan di usianya yang ke 28 tahun. Banyu belum menemukan gadis sesuai dengan apa yang dia yakini. Ditambah lagi, jejak masa lalunya yang pernah merasa jatuh cinta pada seorang gadis yang dirasanya adalah tipenya, membuatnya anteng saja di usianya yang sudah matang.
Pun ketika insiden sebuah mobil tertimpa pohon tumbang di kafe di depan kantor Dinas Tata Kota, membawanya berurusan dengan gadis bernama Dian Agni Pangestika, sang pemilik mobil. Agni yang cantik itu justru membuat Banyu terkaget-kaget karena gadis itu begitu blak-blakan dan seperti tidak berniat pelan-pelan saat membuat laporan ke kantornya.
Kata Banyu, dari gaya bicaranya, Agni itu berandalan. Gadis 22 tahun itu bahkan secara terang-terangan menatapnya dari ujung kaki hingga ujung kepala seakan melucutinya tanpa malu.
"Mas jodoh, tolong urusan ganti rugi ini dipercepat nggih? Saya harus pergi sekarang."
Kata-kata Agni itu seketika membuat Banyu Biru membuat benteng setinggi langit dan sepanjang garis cakrawala di depan Agni.
Banyu Biru dan Dian Agni dari kacamata kalian.