Hening seketika, bahkan aku yang biasanya tak bisa diam, kali ini kikuk dan tak bisa berkata kata. Aku hanya sekilas melirik laki laki jangkung yang duduk di kursi rotan dihadapanku. Dia tetap sama, laki laki yang tenang meski mungkin saja badai tengah melanda dirinya. "Jadi, gimana le. Mau diapakan cucu kesayangan Mbah ini?. Kalau memang bisa diperbaiki yah sumonggo, jika ingin dikembalikan yah si Mbah menerima dengan hati yang lapang" Dengan suara yang semakin lirih dan bergetar, si Mbah membetulkan posisi duduknya. Bersiap menerima jawaban apapun dari menantu dihadapannya ini. "Saya..." Jeda cukup lama untuk mengatakan hal berat dan menyesakkan ini. Dengan satu tarikan nafas, dia benar benar mengatakannya. " Saya kembalikan Tiur sepenuhnya kepada Mbah dan mbah Uti" Sepenggal kalimat yang membuat duniaku hancur.