Sani Adilla Sabil harus menjadi Ibu untuk ketiga adiknya di usianya yang ke-enam belas. Bukan karena Ibunya meninggal, bukan juga karena Ayahnya meninggal. Ayah dan Ibunya bercerai ketika usia Sani baru tiga bulan, lalu Ibunya menikah lagi. Pernikahan yang hanya bertahan delapan tahun itu memberikan satu orang adik perempuan dan dua orang adik laki-laki untuk Sani. Perceraian itu mengharuskan mereka pindah mengungsi ke rumah Nenek Sani dari pihak Ibu. Hingga, saat itu Sani kelas dua di Sekolah Menengah Kejuruan, Ibunya pamit pergi karena mendapatkan pekerjaan di luar kota. Dan tidak pernah kembali lagi.
Ini cerita Sani, yang walau kerja dan kuliah tidak tentu waktu namun bobot tubuhnya tetap seperti itu, yang tidak bisa menikmati masa remajanya dengan menghamburkan uang orang tua seperti teman-teman sebayanya, yang harus menahan egonya setengah mati ketika uang yang ia punya hanya cukup untuk membeli baju baru adik-adiknya, dan ini cerita Sani, yang tidak perlu kalian kasihani karena ia bukan tokoh perempuan dalam novel yang lemah-rapuh menunggu takdir memberikannya keberuntungan.
Karena ini tentang Sani, si mahasiswi Sastra Inggris tukang kuliah-pulang yang ingin Rajendra berikan sebagian kecil dunianya.
--------------------------------------------------------
As Dallas and Drayton navigate life in the spotlight, Spencer is navigating intense feelings for Nathan - her best friend's brother.
*****
Dallas and Drayton are planning their wedding, talking babies and learning how to navigate life in LA now that Drayton is a hotshot football player in the big leagues. Meanwhile, Spencer and Nathan are back at home in Colorado, coming to terms with their feelings for one another and learning how to co-parent with Grayson, the father of Spencer's daughter. Will the realities of adult life strengthen them - or will their relationships break?
[Sequel to The QB Bad Boy and Me]
[[word count: 150,000-200,000 words]]