Tin Medthanan baru saja dihancurkan perasaanya oleh seseorang. Membaca cerita Tin, tentu membuat penyaksi membelanya. Karakter yang dingin beralasan, latar belakang keluarga yang menyedihkan, dan kehidupan buruk yang tertutup prilakunya membuat banyak empati jatuh pada pemuda itu.
Kesal pada kebodohan Can, ketidak-pekaannya atas rasa; 'Kalau bisa kupukul. Kupukulah kepalanya'
Tapi, mari kita putar sudut pandang. Bagaimana jika Tin mau melangkah sedikit lagi. Bagaimana hasilnya? Mengapa hanya diam dan menerima, bukankah dia bilang ini berbeda, lalu mengapa berprilaku sama?
Jadi, ayolah Tin, bergeraklah lebih lama.