Jejak kegelapan yang merajai langit membuat dirinya harus memalingkan wajahnya. Terdengar helaan nafas panjang di antara desauan angin musim gugur yang menjatuhkan dedaunan tua dari batang rapuhnya. Langkah kakinya teratur menimbulkan ritme keteraturan di atas aspal gelap sehabis hujan beberapa saat lalu. Ketenangannya terganggu dengan rasa sakit dari mata kirinya yang sengaja ditutupnya dengan perban. Kelopak mata kirinya terasa basah dan cairan pekat berwarna kehitaman berbau anyir. Tubuhnya langsung jatuh terduduk dan ditekannya mata kirinya sekuat tenaga dengan kedua tangannya berharap rasa sakitnya bisa teredam. Dirinya menggigit bibirnya agar tidak sampai mengeluarkan erangan kesakitan. Para pejalan di sekitarnya hanya terus berjalan tanpa memperdulikannya seolah dirinya tak kasat mata. Dan dalam kesakitannya dilihatnya serpihan gambaran kebenaran kejatuhan Sang Langit. Seluruh penjuru dipenuhi teriakan para pesakitan. Sayap - sayap sewarna darah dan menyisakan kerangka terlepas dari punggung para malaikat. Para iblis tertawa di atas mayat - mayat manusia bahkan dilihatnya juga makhluk mitologi lainnya seperti para manusia serigala, vampire, peri, dan entah apa lagi lalu gambaran itu berganti dengan wujud seorang iblis tetapi Memilik sayap sesuci sayap para malaikat namun dengan kedua tanduk di kepalanya tengah menghunuskan pedangnya di atas seseorang. Dirinya tidak bisa melihatnya dengan jelas hanya saja dirinya melihat seseorang itu tengah menatapnya di sisa kesadarannya dan mengucapkan sesuatu tetapi tidak bisa dipahaminya setelah itu gambaran itu berakhir sebelum dirinya menyerah dan memutuskan untuk tenggelam dalam kegalapan yang sama.
1 part