"Mas, kalau memang ini yang terbaik. aku ikhlas." ucap Ify lembut. dia meraih kedua tangan Rio dan mengenggamnya erat. "Sayang tapi aku nggak bisa. aku takut ngak bisa adil antara kamu dan dia." "Aku tahu mas, setidaknya kamu bisa jaga sikap." "kalau itu yang kamu mau, baiklah. aku turuti." "aku tidur di ruang kerja." pamit Rio. beranjak dari kasur dan berjalan keluar kamar menuju lantai 1. dimana ruang kerjanya berada. dia butuh waktu sendiri. Ify memandang punggung suaminya dengan tatapan sendu. air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya luruh tak terbendung lagi. Ify meringkuk di atas kasur dan menangis dalam diam. "Rabbi, kuat kan aku." batin Ify berdoa. dia tahu Rio marah, tapi apa daya Ify jika mertuanya terus menagih cucu. sedangkan dirinya saja, belum di percayakan Allah untuk di titipi seorang anak.