"ampun, hiks akhh" satu sabetan dari ikat pinggang berwarna coklat itu kembali menyentuh kulit punggung anak lelaki yang tengah menangis menahan rasa perih yang ada di punggungnya. Ada tiga orang lelaki dewasa di ruangan ini yang satu tengah memberi "pelajaran" kepada bocah lelaki tadi. Sedangkan yang lainnya tengah menikmati minuman terlarang. "siapa suruh kabur ha!" bentaknya. Si bocah terus saja menangis. Mungkin karna lelah atau kasihan lelaki dewasa itu menyudahinya. Merasa kesal bocah lelaki tadi mengambil balok kayu yang berada di sebelahnya, di pikirannya saat ini hanyalah ia ingin bebas dari sini. Dia ingin bertemu dengan mama papanya, dia ingin bermain. Dengan perlahan dia berdiri, selangkah demi selangkah lalu dia berlari dan memukulkannya ke pinggang si penculik. "arghhh, brengsek!" si penculik tak tinggal diam, dia mendorong bocah lelaki tadi hingga kepalanya membentur tembok. Darah mengalir deras dari kepalanya. Sontak semuanya kaget begitu juga kedua penculik tadi. Suasanya semakin tak terkendali. Anak-anak tadi berteriak, menangis meraung raung. Tubuh Elysia bergetar dia takut, dia takut bernasip sama seperti bocah lelaki itu. ••••