Satria, 24 tahun. Tak punya akun Facebook, Twitter dan Instagram. Satu-satunya yang dia kenal adalah dunia kamera yang menangkap tawa canda anak-anak Wamena.
Nicko, 28 tahun, teman akrab Satria. Pernah gagal menikah karena terganjal restu calon mertua. Tipe gadget mania, pemuda milenial, notifikasi adalah napas hidupnya. Dia pikir, "Yah, daripada melamun". Satria menyebut Nick sebagai the number one badass, bajingan nomor satu, yang entah kenapa bisa menjadi temannya.
Hari itu, dunia begitu kelabu. Satria pulang cepat-cepat menuju tempat yang dia benci, rumah sakit. Bapaknya berkata, Hilda--adik Satria-- diduga melakukan percobaan bunuh diri. Semua terkejut dan berduka. Itu tidak mungkin! Bagaimana bisa adik yang dikenal ceria dan periang melakukan tindakan semacam itu?
Harmoko, 56 tahun, petugas partai. Bapak dari Satria dan Hilda, yang berstatus duda sejak setahun belakangan. Dia bertitah dengan keras, "Jangan sampai orang-orang tahu apa yang Hilda perbuat! Mau ditaruh di mana muka Bapakmu?". Mau tidak mau, Satria takluk di hadapan titah itu. Sampai Nicko membisikinya suatu cara memecahkan kasus ini. "Kau sudah memeriksa sosial media adikmu?" []
When Jane Madarang's neighbor Natalie kills herself and leaves behind cryptic instructions, it's up to Jane and her classmates to unearth deadly secrets.
*****
Natalie Driscoll is dead.
She threw herself out a window and left her neighbor Jane to unravel their town's darkest secrets. Following Natalie's instructions leads Jane to three other high school students who all have something to hide. The four of them must carry out Natalie's final errand while solving the mysteries written in her diary. But the secrets they unearth may be far more dangerous than what they ever imagined.
Content and/or trigger warning: This story contains scenes of suicide, violence and murder that may be triggering for some readers.
[[word count: 100,000-150,000 words]]