Wanita itu berhasil membuat Dewa menjatuhkanku dengan tendangan kaki kirinya, bahkan tanpa pertahanan sedikitpun. Duduk termenung di tepi pantai, sambil memeluk kedua kaki yang tertekuk mampu membuat konsentrasi saat latihan komite dengan Dewa menjadi buyar. Apa yang dipikirkan wanita itu? Kenapa dia? Karena dari tatapannya, tak nampak sedang menikmati keindahan yang terhampar di sekelilingnya. Dia terlalu muram untuk ukuran seseorang yang sedang berlibur, jika dia memang tengah berlibur. Dari warna kulit, raut wajah meski hanya terlihat dari sisi kanan, serta rambut hitam panjang sepertinya dia bukan warga keturunan apalagi warga asing. Wanita itu pasti salah satu warga Indonesia. Setelah meminta beristirahat dari latihan, aku mencoba berlari kecil di tepi pantai, dengan sengaja melewati wanita itu berharap mendapat perhatiannya. Jangankan dapat berkenalan atau mungkin caci maki karena seringnya saya menghalangi pandangannya, dia tak sedikitpun peduli dengan apa yang kulakukan. Aku meliriknya setiap kali melewati tempatnya duduk, tampak lelah terlihat di wajah ayu wanita itu. Rambut hitam panjangnya tergerai, melambai-lambai tertiup angin pantai. Pandangannya lurus ke depan, entah apa yang dilihatnya hingga tak satupun yang terjadi di sekelilingnya mampu mengalihkan tatapannya. Postur tubuhnya ideal dengan tinggi rata-rata wanita Indonesia, meski saya melihatnya duduk dengan kaki tertekuk. Wajahnya.. Indonesia banget, and I like it! "Hahahaha... Mas ngecengin cewek itu ya?" Sepertinya Dewa mengetahui maksud lari mondar-mandir yang saya lakukan. "Damn! Saya harus bisa berkenalan dengan dia. Tapi gimana caranya?" Keluh saya. "Jodoh pasti bertemu Mas. Afgan aja bilang gitu.." Dengan wajah tak berdosa, Dewa mengatakan hal itu. "Sialan kamu!" Rutukku.
10 parts