Story cover for Sajak cinta by sorayalailamabruka
Sajak cinta
  • WpView
    Reads 2,734
  • WpVote
    Votes 448
  • WpPart
    Parts 41
  • WpView
    Reads 2,734
  • WpVote
    Votes 448
  • WpPart
    Parts 41
Complete, First published Dec 14, 2018
Mature
[FOLLOW AUTHOR TERLEBIH DAHULU, SEBELUM MEMBACA]



'Jangan terlalu berharap kepada orang yang katanya mencintaimu, karena setiap orang itu berubah ketika bertemu dengan orang baru.




'-Tidak pandai mengungkapkan, maka dari itu ku rangkaikan semuanya dengan kata kata.


Karna yang indah tak selalu indah dan yang buruk tak selamanya buruk.




-Author bakal rajin update, kalo kalian rajin nge vote:")
All Rights Reserved
Sign up to add Sajak cinta to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 9
Aku, Nisa dan Rasa [SELESAI] cover
[END] Blind Rainbow cover
Ketua Osis Vs Kapten Basket cover
SIRNA cover
RUMAH SINGGAH cover
ARA - REVISI cover
ANGEL HEART [ON GOING] cover
My Life cover
Pemeran Utama cover

Aku, Nisa dan Rasa [SELESAI]

35 parts Complete

-- ⁣CERITA INI HANYA FIKTIF BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT KEJADIAN ATAUPUN CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA -- Dia Nisa, sampai saat ini dia adalah satu-satunya orang yang membuatku menelan ludahku sendiri. "Kita kan sahabat, jadi gabole baper yaa," ucapku dengan sombong saat itu di chatting WA. Aku mencintai Nisa. Berulang kali mencoba menepis setiap isyarat rasa yang tumbuh, namun, saat rasa itu menemukan celah, seperti akar yang menembus batu, aku merasa seperti terhempas. Manusia bisa mengontrol ketakutannya. Beberapa bisa mengendalikan emosi, tapi tidak ada yang bisa mengendalikan cinta. Aku mencintainya bukan karena aku ingin, tapi karena hatiku memilihnya. Menurut rasa, jika sudah bertemu, dan nyaman atas pertemuan itu, maka lakukan hal apapun agar tidak mendekati perpisahan. Ya, rasa memang tak akan pernah akur jika disandingkan dengan logika. Bahkan sesuatu yang 'pasti terjadi' pun akan sekuat tenaga dipaksakan untuk tidak terjadi. Dan rasa itu secara tidak sengaja bertengger padaku. Ceritaku diwarnai oleh ketegangan antara keinginan dan kenyataan, antara hatiku yang terpaut pada seseorang dan akalku yang selalu ketakutan tentang konsekuensi jika aku mengungkapkan rasa. Tapi, ketika rasa sudah mengambil alih, rasionalitasku sering kali menjadi korban pertama.