Rainaryza Rinai Putri Samudra. Seperti namanya, ia selalu dituntut untuk menjadi peneduh bagi orang-orang di sekelilingnya, hujan. Wujudnya nyata, namun berkali-kali dihancurkan. Selalu sumringah layaknya seorang penipu mahir, padahal hatinya sedang terluka menganga. Sejak kecil, Rain sudah terbiasa hidup dalam belenggu kepalsuan. Ia tak punya rumah, tak ada tempatnya untuk berpulang. Kedua malaikatnya telah lama pergi, berjarak, dan tak tergapai. "Gue cinta lo, Rain. Jangan tanya sejak kapan dan mengapa, karena gue juga enggak tahu. Ini ... di luar kendali gue." Rain menatap datar sosok Angkasa di hadapannya. "Boleh kita bertaruh ... misalnya kita bersatu, apa akhirnya enggak akan sama seperti Ayah dan Bunda gue?" Tatapan Rain tertuju pada pemuda itu dengan remeh. Angkasa tersenyum, setidaknya kali ini gadis itu memberi respon. "Gue enggak takut," tangkas Angkasa. Rain yang mendengar penuturannya lantas mengedikkan bahu acuh. Decihan terdengar dari bibir merah muda alaminya. "Cinta di mata gue itu berwarna keruh," ujarnya seraya berlalu. "Dan gue ditakdirkan menjadi Angkasa-nya Rain, sejauh apapun lo pergi dari gue, pada akhirnya hujan tetap akan kembali ke Angkasa. Rain dan Angkasa." Kehadiran Angkasa menjanjikan rumah untuk Rain berlabuh. Kehadiran pemuda itu menjadi titik balik bagi Rain. Namun, saat semuanya telah terungkap, apakah Angkasa akan tetap bertahan? © Maret 2019 by Meysa Runi
23 parts