"Sya, ada satu pertanyaan yang harus kamu jawab sebelum pergi." Dirga berkata sambil mengambil ponselnya. "Harus?" "Ya!" Dirga mengusap layar ponselnya. "Kamu mau nikah sama aku dengan alasan apa? Apa karena terpaksa, uang, atau-" "Aku bersedia nikah sama Om, bukan karena Om kaya. Tapi karena aku percaya kalo Om itu jodoh yang dipilihkan Allah buat aku," jelas Arsya. "Oh," gumam Dirga berpura-pura cuek dan tetap fokus pada ponselnya. Padahal, jantungnya berdetak tak menentu. "Om juga harusnya bilang makasih. Aku kan udah dandan cantik kayak gini. Maksudnya biar keliatan lebih dewasa. Jadi, Om gak malu jalan ama anak imut kayak aku," lanjut Arsya. "Kamu yang maksa dandan. Kamu yang ribet," gumam Dirga yang tentu saja tak didengar Arsya. "Om, sini, deh!" "Apa, sih?" "Sini!" Dirga tak mau beranjak bangun dari duduknya. Akhirnya, Arsya mengalah. Tak peduli meskipun langkahnya tertatih dan juga sakit, dia berjalan menghampiri Dirga. Nekat. Mungkin, inilah yang akan Arsya lakukan. Tentu saja semuanya demi kantor. Dia ingin tahu kantor dengan kedua mata kepalanya sendiri. "Om, liat aku deh!" pinta Arsya. Namun, yang diajak bicara masih tetap fokus pada ponsel. "Om, tatap kedua mata indah aku!" seru Arsya sambil menangkup pipi Dirga dengan kedua tangannya. Meminta sang suaminya untuk menoleh walau sebentar saja. "Gimana? Udah cantik?" tanya Arsya seraya meniup hijab teratasnya, lalu tersenyum manis. Dirga membeku saat tiba-tiba Arsya duduk di pangkuannya. Ini kali pertamanya mereka berdua berada dalam posisi yang menegangkan. Tangan mungil Arsya masih wajahnya. Tak lama kemudian .... Cup! Dirga dibuat melotot. Wajahnya memerah dan tubuh tegapnya menegang. Istrinya itu, baru saja mengecup bagian wajah yang tak pernah disentuh wanita dewasa. "Cie ... blushing ...!" seru Arsya sambil terkekeh. Arsya langsung melipat bibirnya ke dalam saat mendapat tatapan horor dari suaminya itu. 'Sialan! Gue dikerjain anak bau kencur!'
21 parts