[PUBLISH ULANG - FREE FOR READ]
Hilya Mafaza Azizi, gadis manis yang mengagumi seseorang tanpa tahu wujud dan rupa orang tersebut. Semuanya bermula saat Hilya mendengar suara merdu nan lembut tiap waktu salat tiba. Ya, Hilya menyukai si Muazin itu hanya dengan mendengar suaranya.
BLURB :
"STOP! STOP!," Anna yang sedaritadi diam menyaksikan bangkit dari duduknya. Menatap Rakha dingin, "kamu? Rakha, kan? Yang kemarin nyatain perasaan ke Hilya?. Mendingan pergi, deh!."
Anna tersenyum samar bersamaan dengan wajahnya yang kembali dingin.
__
"Saya terima nikah dan kawinnya Aqlima Razanna...."
Tak lama setelah itu kata 'sah' pun terucap, disambut dengan lafadz hamdallah dari para tamu yang hadir.
Tak kuasa membendung air mata, Hilya menunduk dalam guna menghindari tatapan orang disekitar yang bisa saja melirik ke arahnya.
Sementara Anna, gadis berpashmina putih itu menoleh ke arah belakang. Terlihat dari posisi duduknya saat ini, Hilya tengah menunduk. Tak bisa dipastikan ekspresi sahabatnya itu. Walau, Hilya sendiri pernah mengatakan padanya bahwa dia tidak ada perasaan apapun terhadap lelaki yang kini telah menjadi teman hidupnya. Tetap saja, rasa was-was melingkupi sebagian hati kecilnya.
Anna takut, apa yang Hilya katakan waktu itu adalah upaya gadis itu agar pernikahannya dengan Rakha berjalan dengan lancar. Sedangkan perasaan gadis itu terhadap lelaki disamping masih berbekas. Ia takut hal itu ada pada Hilya. Ia takut menyakiti Hilya. Disini, puncak permasalahan berasal dari dirinya.
__
Bahagia atau sedihkah, ketika aku telah mengetahui siapa si Pemilik Suara itu?.
-Hilya Mafaza Azizi-
__
Kini aku semakin percaya dengan pribahasa ini 'Jodoh itu seperti setumpukan tempe, tidak ada yang tahu', begitu.
-Penulis-
__
Kisah yang sungguh rumit? Kalian berhasil menemukan nya. Inilah dia!.
__
Published on 09 April 2019
Finished on 30 Mei 2019
Semua anggota keluargaku semunya menikah karena dijodohkan oleh orang tuanya. Mereka bisa bahagia, meski itu bukan pilihannya sendiri. Maka, aku yang mempunyai garis keturunan dari mereka harus terlibat perjodohan juga. Tetapi entah mengapa, aku merasa kalau pernikahanku ini tidak akan berjalan mulus layaknya mereka. Apa ini hanya karena ketakutanku saja?