Hujan selalu datang tanpa diundang, membawa serta angin dingin yang menusuk hingga ke dalam hati. Di luar, langit serasa menyesakkan, tertutup awan kelabu yang tak pernah memberi kesempatan untuk bersinar. Begitu pun hidupku, yang penuh dengan hujan tak berkesudahan, datang tanpa ampun, meresap dalam setiap detiknya. Seperti air hujan yang tak pernah berhenti mengalir, begitu pula luka di hatiku, yang semakin dalam, semakin sulit untuk dilupakan.
Aku, yang dulu percaya bahwa cinta bisa menjadi pelipur lara, kini hanya bisa menatap langit dengan kesedihan yang semakin membeku. Andi datang begitu tiba-tiba, menyentuh hati yang sudah lama tertutup, memberi harapan yang tak pernah ada. Dia datang seperti matahari di tengah badai, hangat dan menyinari sudut-sudut gelap dalam jiwaku. Tapi seperti hujan yang datang tiba-tiba dan tak pernah reda, cintaku kepadanya pun berakhir tanpa pernah mendapatkan jawaban yang memadai.
Sekarang, setiap hujan yang turun hanya mengingatkanku pada janji-janji yang terucap di bawah langit yang sama. Janji yang kini terhapus bersama hujan yang tak kunjung reda. Seperti hujan yang menghapus jejak di jalanan, begitulah cinta yang pernah ada, hilang ditelan waktu, meninggalkan hanya kenangan yang tak bisa aku hapus.
Aku berdiri di bawah hujan ini, mencoba bertahan, meskipun rasanya aku sudah terlalu lama basah oleh kesedihan. Karena hujan ini tak pernah berhenti. Seperti hatiku yang tak akan pernah benar-benar sembuh.