Hidup bagai sebuah alunan melody dan waktu seperti sebuah tempo yang sedang melaju. Charlotte, dari Den Haag Academy."Liszt, seakan membuat hariku penuh tantangan dan kejutan. Andai hariku seperti sebuah Sonata yang selalu konstan setiap saat, mungkin aku lebih bahagia.", gumam Charlotte sembari berbaring di atas kapuk yang telah menemani 15 tahun perjalanan hidupnya. Charlotte adalah seorang pianist muda, namun apa daya nasib tak beruntung dalam dirinya. Hampir 12 tahun menjadi seorang pianist, namun sedikitpun keping emas belum dapat diraihnya. Laura, teman sebayanya telah meraih beribu - ribu bintang dilangit. Oh.. betapa beruntungnya Laura. Tak hanya soal bintang langit, namun bintang di hati pria pun tak dapat ia gapai. Sungguh malang nasib Charlotte. "Seminggu tak sampai, 'ku harus menjalani sebuah panggung yang menyeramkan, akankah sama nasib ini?", gumam Charlotte sembari mengunyah sandwich buatan mama. "Kau pasti bisa,Nak, Ora et labora. And Mommy will always here for you.", kata - kata yang menyentuh Charlotte, membuat air matanya ingin turun membasahi pipinya. Jam penunjuk waktu membuatnya bergegas kembali ke alam belajarnya. Den Haag Academy, sudah hampir 3 tahun Charlotte mengorbankan seluruh kehidupannya demi menggapai bintang dilangit. Di tempat itu pula, kali pertama hati Charlotte tergores yang membuatnya ragu untuk kembali meniupkan gelembung cinta. Alfredo, seorang yang tampan dan penuh teka teki, serta pandai dalam memainkan biola, membuat Charlotte penasaran akan dirinya. Namun, keinginan tersebut bagai sebuah cressendo dan decressendo. Rupanya, trauma Picanto masih dirasa Charlotte. Den Haag, 25 September 2015, waktu yang dinanti telah tiba... apakah yang akan terjadi? sebuah bintangkah yang dapat ia raih ? ataukah lagi - lagi dia akan terjatuh?Tüm hakları saklıdır
1 bölüm