"Pak, saya ini pusing. Dari tadi saya ngikutin Bapak mondar-mandir ke sana kemari," protes Aggia dengan nada lesu.
"Saya enggak nyuruh kamu ngikutin saya!" Fauzan berseru.
"Lah, bukannya kata Bapak, saya harus ngikutin Bapak ke mana pun. Enggak boleh bantah?"
"Susah ya ngomong sama kamu! Daripada kamu ngajak debat saya. Mending kasih solusi biar bisa mbatalin rencana pernikahan ini!"
"Mana saya tahu solusinya, saya enggak digaji untuk ini."
"Ini semua salah kamu, suruh siapa kamu ngaku-ngaku hamil di depan mama saya?"
"Bapak yang nyuruh, katanya kalau bisa akting hamil sekalian. Ini udah saya laksanain, malah diprotes."
Fauzan tetap tak mau mengalah, "Saya kan nyuruh kamu akting kalau yang dateng itu si Lana Vay. Bukan akting di depan mama saya."
"Bapak nggak bilang, cuma bilang akting di depan tamu Bapak."
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.