"Hans, kenapa kesannya terburu-buru gini sih, kita kan masih muda,"
"Usia kita sudah lebih dari pada cukup untuk menjadi alasan pernikahan mendadak ini. Oh ya, sebentar aku luruskan. Sebenarnya ini tidak bisa dibilang pernikahan mendadak karena rencana ini sudah kami putuskan sejak tiga bulan lalu," kata Hans santai.
Shashi sudah tidak tahan lagi, permainan macam apa lagi ini. Mereka merencanakan pernikahannya dengan Hans sejak tiga bulan yang lalu. Tidak seorang pun memberitahunya kalau dia dan Hans telah dijodohkan. Apa mereka tidak menghargai perasaan Shashi. Air mata yang sejak tadi ditahannya tumpah juga. Hans tersenyum seolah mengejek saat mengetahui bahwa Shashi menangis.
"Why? Jangan drama queen, kenapa nangis coba? kamu nggak mau kita menikah, kamu punya calon lain? Kalau memang ada calon, aku bakal lepasin kamu, Sha. Tapi, kalau kamu nggak ada calon, kita tidak akan membatalkan pernikahan ini. Biar aku menjaga kamu sampai tiba saatnya bertemu dengan soulmate kamu. Aku janji bakal ceraikan kamu seandainya kamu jatuh cinta dengan cowok lain." Hans meraih tangan Shashi dan menggenggamnya erat.
"Pernikahan bukan permainan, Hans. Menikah itu sekali untuk seumur hidup," protes Shashi. Dia menarik kasar tangannya.