Tahan....
Sabar....
Abaikan....
Tiga kata yang terus ia pertahankan ketika orang-orang menganggapnya aneh, ketika orang-orang membulinya, ketika ia merasa sepi dikeramaian.
Berjuang...
Berjuang...
Berjuang...
Satu kata yang ia ucapkan beribu kali, saat menghadapi lelaki pujaannya.
Namun apa yang akan terjadi,
ketika ia sudah tak tahan dengan "Gimana bisa terjadi?" Vanesha mendengar suara seorang lelaki.
"Maafin aku" isak tangis perempuan juga terdengar olehnya.
"Huft, tetaplah selalu disisinya. Aku tak ingin ini terjadi lagi."
Sekuat tenaga Vanesha mencoba membuka kelopak matanya. Hal yang pertama kali dilihatnya adalah suasana kamarnya. Kemudian sepasang insang yang sedang berpelukan.
Vanesha berdeham pelan, pertama untuk menyadarkan kedua orang itu bahwa ia masih ada di sana. Yang kedua karena memang tenggorokannya terasa sakit.
"Vanesha" Arland terkejut, kemudian langsung memeluk Vanesha. Sedangkan Lusi yang merasa lega pun menggenggam tangan Vanesha.
"Akhirnya kamu sadar juga" ujar Arland dengan khawatir. Entah mengapa perasaan nyaman hadir di benak Vanesha ketika mereka berpelukan.
"Van, maaf gue nggak nolongin lo tadi." tutur Lusi penuh penyesalan.
Vanesha meminum air putih yang diberikan oleh Lusi." nggak papa, santai aja." jawabku menenangkannya.
"Siapa yang bawa gue kesini?" tanyaku pada mereka.
"Gue" Arland menjawab dengan terus menatapku kawatir. Vanesha bingung melihat perlakuan Arland padanya.
"Makasih ya" tuturku.
"Iya, sama-sama." jawabnya.
"Ehm, boleh gue tanya?" tanyaku pada mereka.
"Apa?" jawab Lusi.
"Kalian ada hubungan apa? Kenapa tadi pelukan? Kenapa perlakuan Arland manis banget sama Lusi?" tanyaku penasaran. Sedangkan mereka saling tatap, seolah saling mengode satu sama lain.
?
Ketika kesabarannya telah habis?
Ketika ia tak bisa lagi mengabaikan segala hal?
Dan
Ketika ia berada di titik terendah, hingga tak sanggup lagi untuk berjuang?
Agatha Kayshafa.
Dijadikan bahan taruhan oleh sepupunya sendiri dengan seorang laki-laki yang memenangkan balapan mobil malam itu.
Pradeepa Theodore.
Tepat sebelum balapan, ia malah salah fokus mendapati seorang gadis yang beraroma sangat memabukkan. Detik itu juga Theo bertekad untuk mendapatkan gadis itu.
Faktanya mereka ternyata satu sekolah, semua mengenal Theodore, sang kapten basket. Namun berkebalikan dengan Agatha, gadis yang keberadaannya saja tidak diketahui warga sekolah.
•••
"Balapan kali ini taruhannya mobil lo. Kalo gue kalah, lo bisa ambil cewe gue." ucap Samuel.
"Nggak impas. Mobil gue lebih mahal ketimbang cewe lo." balas Theodore bergegas masuk dalam mobilnya.
Itulah janji yang Samuel buat dengan Theodore.
Theodore yang awalnya tidak tertarik dengan gadis yang dijadikan taruhan oleh Samuel lantas buru-buru menarik kata-katanya dan mendeklarasikan bahwa dirinya amat sangat tertarik dan akan membuat gadis itu selalu berada disisinya.
•••
"I'm a tattoo artist."
"Oh ya?"
"Want to be the first? And try a red mark on your neck?"
"Stress!"
‼️Harsh words, toxic shit, and mature.