A Sloppy Girl's Diary
  • Reads 5,975
  • Votes 420
  • Parts 10
  • Reads 5,975
  • Votes 420
  • Parts 10
Complete, First published Jan 08, 2019
Hai, nama gue Nina. Siswa SMA di Jakarta. 

Namanya remaja, gue menghadapi aneka situasi yang penuh gejolak. Seperti roller coaster. Kadang di atas, kadang di bawah. Dehay, gue udah keliatan bijak belom? 

Gue mulai suka menulis sejak SMP. Bagian dari cerita hidup gue itulah yang gue tulis di cerita ini. Terserahlah pendapat lo semua apa, gue gak peduli selama bisa mengungkapkan betapa kagak enaknya jadi remaja, apalagi yang cerdas, baik, cakep, lucu dan ... hai hai hai... jangan pada muntah kenapa?! Gue belom selesai.

Gue akan cerita tentang keluarga, teman-teman, sekolah, artis, drama, film, hobi, kebiasaan, atau tentang kejadian-kejadian yang gue alami sepanjang masa remaja, bahkan ada yang membahas tentang topik-topik yang sedang nge-trend belakangan ini. Yang jelas, gue anak Mami yang sangat dekat Mami. Jadi hampir semua cerita gue, selalu ada Mami. 

Cerita gue berbentuk seri, jadi selalu selesai. Karena selalu ada cerita baru menarik dalam hidup gue. 

Ingat ya! Jangan biasakan loh nyontek ! Apalagi diary gue... 
Awas! Entar gue bilangin Mami gue!
All Rights Reserved
Sign up to add A Sloppy Girl's Diary to your library and receive updates
or
#255diary
Content Guidelines
You may also like
Suatu hari di Senin pagi (COMPLETED) by kenangkunang_
26 parts Complete
[HARAP FOLLOW DULU SEBELUM BACA] ~ Suatu hari di Senin pagi, Arum tiba-tiba terbangun di sebuah halte di Seoul. Hanya mengenakan piyama dan slipper. Tanpa identitas, ponsel, maupun uang. Tapi bukannya panik dan takut, ia justru senang bukan main. Baginya, itu seperti mimpi menjadi kenyataan. Seperti sebuah masa bebas tahanan. Keajaiban yang layak ia dapatkan setelah tujuh belas tahun menetap di Indonesia dengan perasaan tidak betah yang mendominasi. Namun sayangnya, rasa senang yang meletup-letup itu tidak bertahan lama. Di malam pertamanya sejak menginjakkan kaki di Seoul, ia hampir dilecehkan oleh seorang pria mabuk. Beruntung dua orang laki-laki berhasil menyelamatkannya. Lantas, bagaimana nasib Arum selanjutnya? Apakah keajaiban yang ia percayai itu benar-benar keajaiban? Atau justru kemalangan? ~ 📌Images in each chapter are from pinterest ~ 📌Solee Toody adalah nama pena sebelumnya yang sekarang telah berganti menjadi Kenang Kunang HARAP DIPERHATIKAN: ⚠️Cerita ini hanya fiktif belaka. ⚠️Segala sesuatu yang ada di dalamnya adalah fiksi. ⚠️Nama tokoh, kesesuaian nama negara dan sejarah, serta opini yang disampaikan setiap tokoh mengenai suatu negara hanyalah dramatisasi cerita; buah pemikiran yang disesuaikan dan digunakan dalam rangka penguatan karakter masing-masing tokoh; serta tidak bermaksud untuk menyinggung atau merendahkan pihak manapun. ⚠️TINDAKAN "PLAGIARISME" TERHADAP CERITA INI "DILARANG KERAS"‼️
You may also like
Slide 1 of 10
Langit Senja (Update Setelah Revisi) cover
I'm Alexa cover
B OR L cover
Love in Silence cover
Logika & Rasa cover
Yang Terakhir ✔ ✔✔ cover
Palpable [Selesai] cover
Jangan Bilang Kita Sahabat (COMPLETED) cover
CLBK cover
Suatu hari di Senin pagi (COMPLETED) cover

Langit Senja (Update Setelah Revisi)

39 parts Ongoing

Kita bertemu dikala senja. Kita juga berpisah dikala senja. Padahal yang aku tau langit dan senja tak akan terpisahkan, karena setiap hari mereka selalu bersama. Meskipun hanya sesaat. Sama seperti langit dan senja yang hanya bertemu sesaat, begitu pula aku dan kamu. Pertemuan singkat menjadi momen indah yang berusaha aku lupakan. Langit dan Senja memang pernah bersama, tapi hanya sebentar. Entah karena keegoisan atau karena hal sepele yang tak berujung. Pada akhirnya kita berdua memilih untuk menempuh jalan yang berbeda kan? Ngomong-ngomong setelah kita tak lagi bersama, apakah kamu jadi enggan menatap senja? Bukan Senja loh, tapi senja. Semoga saja tidak, karena senja pasti akan kecewa. Memang ya, takdir Tuhan itu misteri. Tanpa kusangka semua yang aku kira sudah berakhir ternyata baru saja dimulai. Kisah yang berusaha aku kubur dalam-dalam, perlahan menguak seakan enggan untuk pergi. 'Kita' yang sudah ku anggap tidak ada, lambat laun kembali menampakkan wujudnya. Akankah ini berlangsung sementara, lagi? Apakah titik temu untuk 'kita' masih ada? Bisakah jalan yang akan kita tempuh searah kali ini?