Wanita selalu saja seperti itu, menangis kala bersedih bahkan ketika bahagiapun tetap menumpahkan air mata yang menjadi pilihannya. Persis sepertiku, hingga seakan air pada bendungan mata telah kering bak kemarau beberapa bulan lalu. Hari ini, Sabtu di awwal desember, hujan pertama dan bukan hujan permata, sejuk, bertolak belakang dengan keadaan hatiku. Kukira hujan turun memuarakan oase namun mentari lebih ego dengan teriknya, Menyayat hingga ulu jiwa. Ada yang lucu dari hujan hari ini, Lihatlah! Hujannya di luar namun pipi di dalam ruangan berhias mawar warna-warni inipun ikut basah. "Apa yang kamu lihat,Na? Apa yang kamu tangisi?" Kutundukkan kepala, memeluk hati yang semakin lara, menyadari bahwa rinduku tak lagi dirindui, cintaku tak lagi berguna. Palung-palung jiwa seakan retak tersapu ombak, terjerat dalam kejahilan angan, terperosok dalam kubangan kemajnunan mendambai kemungkinan yang kini tak lagi mungkin. Hari ini, hikayat lama itu telah tamat, dengan ending yang tidak tepat dengan harapan yang lama tertambat. Hati, utuhlah kembali. ******* السلام علیکم و رحمة الله، Sahabat wattpad. Semoga berkenan membaca cerita sederhanaku ya. Aku bukan penulis. Hanya saja menulis adalah hobi yang seringkali bisa mengobati kejenuhan menghafal dan muthola'ah kitab-kitab kuning tanpa harokat. Salam hangat dariku, InayNH. ~Tanggapannya yaa😊
3 parts