Aira selalu benci pria itu, pria yang selalu dipuja para wanita. Alasannya satu, sungguh hanya satu, ini ialah sebuah rasa dimana seseorang mengalami pilu berkelanjutan, sedih tanpa muara akhir, ini kecewa, kecewa yang hebat.
Segala tentang 'si pembuat kecewa' membuat hati Aira gemetar. Sebisa mungkin, ia akan menjauhi semuanya, ya semua tentang nya.
Membuang jauh-jauh perasaan kagumnya itu, menjadi suatu kebencian.
Namun kali ini, Aira tak dapat mengelak. Jiwa dan raganya telah terpaku pada sesuatu yang membuat dirinya membeku. Keisengannya telah mengantarkannya pada orang itu, dia ada di sana, menjadi pemeran utama. Pusat perhatian.
Dan sungguh, Aira benci itu. Wajah seperti apa yang harus Aira perlihatkan padanya nanti. Jika bertemu, apakah nanti ia akan semakin kecewa? Atau...