Alex, lelaki hebat yang lahir dari kesederhanaan. Mampu menjadi teladan yang baik untuk orang-orang terdekatnya. Hidup serba kekurangan, tidak pernah membuatnya mengeluh, atau bahkan tidak terima dengan takdir yang Tuhan berikan kepadanya. Jauh dari itu, semua keterbatasan hidupnya dijadikan sebagai pedoman hidupnya. Bagaimana arti menghargai orang lain, menjaga perasaannya. Semua rasa sesak dalam hatinya, dipeluk erat-erat. dihilangkan dengan kesibukan-kesibukan. Menjadikan waktu sebagai penawar, atau bahkan obat pilu hatinya.
Semuanya berkat ibu, yang tidak pernah berkecil hati. Dengan keterbatasan hidup yang dimilikinya. Ibu tidak pernah menyerah, bekerja banting tulang untuk pendidikan Alex, hingga menjadi pribadi yang tulus, serta hebat dalam mengabdikan dirinya kepada Negara. Sekali lagi, semuanya hanya lahir dari hati yang tulus, ketulusan itu sendiri.
Cinta tidak akan kemana, di belahan dunia manapun, terlupakan sekalipun. Semuanya akan baik-baik saja, akan bersama bila tiba waktunya. Tidak perlu di pikir hingga rumit, membuang air mata karena menangisinya. Sungguh tidak perlu, cinta itu sendiri yang akan menemukan kita. Kapanpun, bila waktu itu telah benar-benar tepat untuk kita.
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.