Malam ini aku percaya, di luar sana pasti ada jiwa-jiwa lara yang ditinggalkan kesayangan mereka. Dimulai dari bintang utara meredup saat aku memanjatkan doa, meskipun aku sendiri tak percaya pada doa. "Tuhan, berikan mereka kekuatan untuk sekedar hidup," pintaku menunduk sembari menangkupkan tangan. Namun, tetap saja dunia ini tidak bekerja berdasarkan keajaiban, hanya melalui kekejian. Maka dari itu, setiap bulan memuncak aku akan duduk bersila di bawah langit malam. Mendengar suara-suara yang tak pernah didengarkan. Lalu, merasakan seseorang bercerita tepat di telungkup bola mataku. Walaupun tak ada yang percaya padaku saat aku menceritakan kembali kisah-kisah malam, aku tetap bersila tiap bulan memuncak. Tak jarang pula tetangga depan dan sebelah rumah mengomentari kegiatanku. "Dasar penyihir," kata Pak Tono. "Heh, mau ngepet dia," timpal Om Sudar. "Dia mungkin tak pernah diajari pelajaran agama," tambah Bu Sari. Tak apa, aku akan tetap bersila setiap malam. Aku harus menyalurkan kegelisahan dari jiwa-jiwa yang diusaikan. Insan yang harapannya pupus tiap malam menjelang. Demi kemaslahatan raga-raga yang masih terbangun di pagi hari. Serta kedamaian para ibu yang terjaga tiap malam. Ia selalu datang dengan kisah yang mendebarkan. Akan kutulis, kuberikan padamu. Bukan untuk memberitahumu bahwa dunia ini telah memburuk. Tetapi, agar kau tahu dunia sudah membusuk jauh sebelum kau membuka mata. Karena semua harapan akan pupus pada waktunya dan jeritanmu akan memekik di bawah bantal. Ada seorang ibu yang sangat sayang dengan keluarganya, namun tak ada satupun sadar sampai seluruh kehidupannya dicabut. Seorang anak yang tak pernah memaafkan orangtuanya harus di penjara. Boneka yang dipaksa merasakan kehidupan oleh Tuhannya. Dan kisah-kisah lain yang pastinya tak pernah kau dengar, kawan. Semoga kau bukan salah satunya
12 parts