Setelah dua tahun keluar dari pondok Fadhil, Fadli, Ahul dan Aulia memasuki SMAIT Khairul Anwar yang merupakan salah satu SMA dari cabang pondok pesantren yang ada di pusat kota Bandung. tentu kehidupan mereka sangatlah berbeda dari di pondok mereka yang hanya ada di perkampungan.
Dengan logat 'elo-gue' berhasil membuat tahun pertama Fadhil, Fadli Ahul, dan Aulia terkena 'culture-shock' atau gegar budaya, karena di pondok biasanya lebih sering menggunakan 'ane-ente'
Konflik kisah Fadhil di tahun kedua SMA nya yang terpaksa harus menjadi seorang ketua osis dan bernotabane cowok paling dingin di sekolahnya karena memiliki sedikit gangguan di pergaulan. Tak lupa pula kisah cinta Fadhil dengan seorang adik kelas yang gencar nya mendekati nya.
Apa jadinya Fadli yang dulu bernotabane nya sebagai orang termiring ketiga setelah Aulia dan Ahul malah menjadi cowok paling populer di sekolah nya karena menjadi kapten klub basket ?
Lalu kisah pencarian jati diri Ahul yang seakan menjadi kapal yang terombang-ambing oleh ombak karena belum memiliki keteguhan hati
Dan bagaimana kisah seorang Aulia yang menjadi wakil ketua OSIS di SMA tersebut karena tekanan dari kakak pertamanya yang dahulu menjadi ketua OSIS.
Ini kisah komedi mereka setelah, Ahul, Aulia, Fadhil dan Fadli seusai menjalankan pendidikan di Pondok. Meskipun masih berada di lingkungan 'Islam', banyak perbedaan yang kentara mereka rasakan hidup di kota.
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?"
Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi.
Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berjuang sendiri melahirkan anaknya tanpa suami. Menjadi ibu tunggal bukanlah hal mudah, apalagi lambat laun sang anak selalu bertanya tentang keberadaan ayahnya.
"Mommy, Al selalu doa sebelum bobo. Diulang tahun Al yang ke 5 nanti, papa pulang terus bawain Al boneka dino."
Ibu muda itu hanya menangis, seraya memeluk anaknya. Lalu bagaimana jika ternyata sang ayah juga sebenarnya menginginkan Al.