Kedatangan Zad ke sebuah desa di pedalamam Muntilan,mengantarkannya pada dunia yang selama ini tak pernah disentuhnya.Terlebih,saat Gendis-gadis desa yang cerdas dan mandiri-hadir dan mengenalkannya pada Mas Gendro dan Pak Gio,dua tokoh yang gigih memperjuangkan tradisi dan budaya lokal.
Pemuda metropolitan itu merasa tertampar mendapati kenyataan bahwa sebuah museum permainan tradisional di Yogyakarta digagas oleh seorang belgia.Zad berjanji untuk melakukan sesuatu,tidak menutup mata terhadap perjuangan orang-orang yang melestarikan tradisi dan budaya bangsa tanpa pamrih.
Sayang,niat baiknya tidak sejalan dengan hidup dan dunia ketiga sahabatnya,Yod,Fya,dan Rhean,yang memilih bermewah-mewah dan bersenang-senang.Zad pun merasa sendiri.Belum lagi,perjalanan asmaranya dengan Gendis yang terancam bubar karena ulah sang papa.Disaat yang bersamaan,sebuah teror menghantui hari-harinya.
Kini,Zad dibenturkan pada riak persoalan pelik.Persoalan yang membawanya pada kesadaran akan jiwa "Indonesia" dalam dirinya,yang selama ini terkubur dan membuat jiwanya buta.
Collaboration with @Alunamoona
Marcel merupakan seorang pemuda yang berjiwa bebas. Terlahir dari keluarga kaya tak menjadikan Marcel sebagai anak yang sombong. Bahkan Marcel terkadang menjelajahi suatu tempat di mana para anak kalangan bawah bermain.
Saat itu, Marcel pergi ke sungai untuk memancing bersama teman-temannya. Akan tetapi, bukan ikan yang menancap pada mata kailnya, namun sesuatu yang mampu mengubah seluruh hidupnya. Sebab, ketika Marcel membuka mata, dia tahu bahwa ajalnya akan segera tiba. Itu karena dia bertransmigrasi menjadi kakak laki-laki protagonis yang jahat, yaitu sebagai Hael de Asenath, di mana karakter itu diceritakan mati di awal novel.
Lantas, bagaimana caranya Marcel bertahan hidup sebagai Hael yang jahat? Haruskah dia menarik hati adik laki-lakinya? Yah, itu juga karena adiknya ternyata adalah anak yang menggemaskan!
Don't copy
Sumber pict : pinterest