Betapa nikmat larut malam sesepuh waktu Malam memainkan perannya sebagai angin Matahari menari-menari di alis dan kelopak mata Bintang pasti bersinar gempita ditengah mahkota Seperti rambut-bibir-leher-telinga Pun ujung jari penuh menyamai lampu-lampu kota Di bawah purnama di samping rel kereta Tempat kita berhenti sebentar menunggu bulan terakhir Sambil kereta tujuan berpulang kearahnya. Masih ingat? Gang-gang kecil lewat rumah tetangga yang sering disapa Dan lupa namanya siapa. Sesering mungkin bertatap-tatapan Melupai nama dan memaling wajah dan malam membungkus langit Lagi-lagi kuku merona berkibas-kibas bagai jemuran tetangga Menjelang kita lewat sore hari kala hendak pulang Dan bunyi mesin-mesin seperti penyedap gula dan Penghitung uang selalu mendera indra pendengaran. Masih ingat? pastinya, makanan enak, baju mahal, gincu mahal, tas mahal, Hp paling mahal, serba-serba mahal, kemahal-mahalan dan termahal sekaligus paling mahal. Semua mahal. Malam pun bergaransi diatas mahal. Siapa sangka waktu dan lampu tak menghitung rupa. Kesendirian tak menghitung angka, kesederhanaan tak menghitung waktu. Melainkan Waktu senantiasa merias bahkan menagih detak jam sekalipun Jalan boleh saja berlubang, salon boleh saja paling mahal Bajucelanasepatuginjutaskutangpensilalis boleh saja yang termahal Tapi sekali-kali jangan harkat dan martabatmu murah. Bintang boleh bersinar cerah Bulan boleh megap dijagat Lampu taman boleh indah seidah-indahnya Tapi isi otakmu harus mengalahkan warna apapun.All Rights Reserved